About Me

My photo
tak ingin melewati usia ke-27 tanpa kesuksesan.....

Followers

Total Pageviews

Saturday, May 29, 2010

aku tak pernah menangis

"Aku nggak pernah nangis."

"Mengapa tidak?"

"Aku nggak mau ada orang sakiti aku begitu."

Saya menunduk memandangnya. Persepsi dingin dalam pernyataannya sungguh menakutkan. "Apa maksudmu?"

"Aku nggak mau ada orang sakiti aku. Mereka tidak tau aku sakit jika aku tidak nangis. Jadi, mereka tidak sakiti aku. Nggak ada orang bisa membuat aku nangis. Nggak juga papaku kalau dia mencambukku. Nggak juga Tuan Collins. Kamu liat tadi? Aku nggak nangis biar dipukul pakai tongkat. Kamu liat tadi, kan?"

"Ya, aku melihatnya. Tapi, tidakkah kamu ingin menangis? Apa itu tidak sakit?"

Untuk beberapa lama ia tidak menjawab. Dipegangnya salah satu tangan saya dengan kedua tangannya. "Sakit juga." Dia mendongak. Pancaran matanya tak terbaca.


menerobos kerapuhan hati akan makna satu kata "percaya".
Bulan tenggelam surya memekik.
Gersang menikam hujan meredam.

Sementara aku?
Berjalan kecil mengitari sosoknya yang tetap diam dimana dia menempatkan dirinya sendiri.

Ku sedikit mempercepat jalanku,berlari mungkin dan berhenti ketika aku lelah.Dia tetap diam di tempatnya.

Memberikan aku minum ketika haus,memberikan aku makan ketika lapar,senyum ketika tidak ada seorangpun yang memberikannya padaku.

Kadang aku suka mengusiknya dari tempatnya,tpi dia tetap diam manis dan menikmati tempat dimana dia menempatkan dirinya.

Ku mendekatinya dan duduk diam disampingnya.dia tersenyum :)
Updated about 3 months ago · Comment · LikeUnlike
Vina Venylia Lim, Florentia Santy and Ridho Kodrat like this.
Florentia Santy
Florentia Santy
Gesss...!
March 3 at 4:58pm via Facebook Mobile
Grace Melania Siwi
Grace Melania Siwi
hehehehe :) apa cii?
March 3 at 6:28pm
Write a comment...
the past...
Share
Tuesday, February 9, 2010 at 11:11am
rasaku hambar..
apa yang kuharapkan dibalik senyum itu?
persetan!!!
tampar aku! usir dari akses pandangmu!
bahkan bunuh aku jika itu membuatmu puas, pecundang!
tapi jangan usik hatiku...

bisakah itu kulontarkan? pantaskah itu kukatakan?
mungkinkah baja berteriak pada sang penempa untuk berhenti menghujamkan pukulan?
atau marmer memohon si pematung untuk berhenti mengukir?
lalu apa yang kuharapkan?
membatu? membeku?
tapi bagaimana jika erosi tak kan dapat mengikisnya?
bagaimana jika matahari berhenti bersinar?
dan aku mati, melebur di antara bebatuan..?
sirna, dan tak terhirup?
lalu apa?
masakan kurutuki? masakan kusesali?
tapi apa?
ah... betapa egoku tak mau berkompromi, hatiku tak sudi mencair, dan lukanya tak bisa saling menjalin..
bisakah Tuhan, cukai luka ini, kataku...
agar aku menjerit, meronta, dan merasa...
karena mati rasa aku kini...

kurasa demikian sebelum hari-hari ini..
tapi lalu kuputuskan, Pedang itu cukup tajam..
untuk mengoyak keakuan, menyayat dan membakar hati yang bengkok..
lalu kuminta Ia menggantinya dengan yang baru...

No comments:

Post a Comment